Sepanjang mempelajari kontruksi budaya masyarakat Indonesia, khususnya selama hiruk pikuk Pemilu 2014, saya berkesimpulan sementara, sepertinya masyarakat kita memiliki tipologi berkeinginan banyak tanpa mengimbangi dengan kualitas introspeksi yang memadai berkaitan dengan keinginannya tersebut.
Satah satu fenomena yang menjadi referensi adalah ketika sikap masyarakat terhadap ekspektasi kualitas Presiden dan Anggota DPR yang begitu tinggi belum diimbangi dengan proses perbaikan diri dalam mewujudkan hal tersebut. Yang paling sederhana dan mudah semisal dalam hal aktivitas di dunia maya khususnya sosial media.
Jarang sekali ditemui sebuah usulan yang konstruktif dalam membedah keinginan-keinginan dari masyarakat. Yang terjadi dominan adalah perdebatan antar kelompok masyarakat. Dan lebih memprihatinkannya lagi, perdebatan tersebut lebih banyak didasari oleh faktor kesukaan pada sosok tertentu, bukan pada analisis komprehensif untuk membangun argumentasi yang baik dengan menyertakan ulasan dari banyak variabel.
Maka tidak heran jika selama pemilu atau bahkan pasca pemilu sampai sekarang pun, perdebatan-perdebatan seringkali berujung pada pertentangan dan pertengkaran bahkan menjadi penyebab ketidakharmonisan. Sebuah pola debat yang mengutamakan kekuatan otot daripada kekuatan otak.
Adalah sah-sah saja kita menginginkan seorang pemimpin yang luar biasa seperti super hero. Seorang pemimpin yang serba guna dan tahan lama seperti baterai. Namun jangan lupa bahwa pemimpin super hero hanya lahir dari masyarakat yang super hero pula. Sebuah komunitas masyarakat yang serba guna dan tahan lama pula.
Jangan berharap mendapatkan pemimpin-pemimpin yang tegar jika kita sering ngambek. Jangan berharap pula mendapatkan pemimpin-pemimpin yang rukun dan tenggang rasa jika kita terbiasa bertengkar dan tidak terbiasa menghargai pendapat orang lain. Dan jangan berharap kita mendapatkan pemimpin-pemimpin yang serba bisa jika kita hanya memiliki sedikit kebisaan.
Mari dukung para pemimpin bangsa ini dengan perilaku kita yang baik. Presiden dan Parlemen akan mejadi rukun dan saling menguatkan jika kita pun bisa memberikan contoh kerukunan dan penguatan dalam beraktivitas, setidaknya aktivitas di sosial media.
Yuk membiasakan memahami perbedaan pendapatan, kritikan, dan budaya akademis lainnya untuk bersama-sama membangun bangsa tercinta, INDONESIA.
No comments:
Post a Comment