Amat sangat prihatin membaca pernyataan Pak Menteri Sudirman Said yang mengatakan subsidi BBM membuat rakyat menjadi malas. Bagai seorang yang sedang ditinggalkan kekasih, pernyataan Pak Menteri itu terasa menusuk di hati saya sebagai rakyat. Walau terasa sakit namun semoga hati tidak menjadi gundah apalagi marah.
Statement beliau tak ayal mendapat kritikan banyak pihak, dari mulai jurnalis, akademisi, praktisi, hingga rakyat akar rumput. Bahkan ada yang mengatakan bahwa statement beliau dinilai sangat buruk.
Memang amat disayangkan...
Namun jika kita mau analitis lagi, pernyataan Pak Menteri itu tentunya dilandasai oleh olah fikir dan olah rasa beliau. Mungkin ini yang belum kita dapatkan. Jika saja beliau bisa memberikan argumentasi ilmiah secara kuantitatif atau setidaknya kualitatif akan sangat membantu masyarakat banyak memahami logika fikir beliau. Semoga beliau segera memberikan 'itung-itungan' angkanya sehingga berkesimpulan akhir bahwa subsidi BBM membuat rakyat malas.
Jika saja dana saya sebanyak dimiliki oleh para menteri atau pak presiden atau ada sponsor yang membiayai, ingin sekali saya melakukan penelitian kualitatif atau pun kuantitatif berkaitan dengan Pengaruh Subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) dan Subsisdi BBK (Bahan Bakar Kartu) terhadap Tingkat Kemalasan Rakyat. Supaya bisa dikaji secara ilmiah, kira-kira "Subsidi mana yang paling mempengaruhi tingkat kemalasan rakyat? Subsidi BBM atau Subsidi BBK?"
Jika kita coba angkat sebuah peribahasa yang sering kita dengar "Berilah kail, jangan ikannya" mungkin akan membawa kita pada kesimpulan bahwa subsidi dalam bentuk 'ikan' tidak akan bertahan lama dan bahkan membuat orang manja. Beda halnya jika subsidi itu berupa kail, maka bisa awet dan membuat orang kreatif. Namun dalam kondisi masyarakat yang boleh dikatakan sedang 'sekarat' ini dimana daya beli masyarakat sudah amat menurun karena pendapatan tidak bisa mengimbangi pengeluaran rumah tangga, maka memberi kail tanpa ikannya menurut saya sama kelirunya dengan memberi ikan saja tanpa kailnya. Karena banyak masyarakat yang tak bisa menunggu lama untuk sekedar bisa mempertahankan hidup, bisa makan secara layak sehari-hari.
Maka jika menggunakan intuisi dan analisis sederhana saya, sepertinya pemberian subsidi BBM masih lebih membuat rakyat kreatif dan tahan lama dibandingkan diberikan subsidi BBK, BLT atau pemberian jaminan 'cash' sejenisnya jika memang yang ingin dikejar adalah target jangka panjang.
Sebelumnya saya pernah menulis bahwa kebijakan pemerintah Jokowi dalam menata anggaran lebih saya nilai dilakukan dengan cara memposisikan rakyat seakan-akan sebagai kuda dan penguasa sebagai jokinya.
http://kavtania.blogspot.com/2014/10/menggenjot-apbn-antara-kuda-dan-joki_25.html
Maka, pemberian subsidi BBK atau BLT saja ibarat rumput yang diberikan kepada kuda oleh sang joki. Joki sebaiknya menyiapkan lahan rumput supaya rumputnya tidak habis dimakan kuda. Jika kita tengok kebijakan pemerintahan sebelumnya, ada program PNPM Mandiri dan sejenisnya yang memberikan ruang menciptakan ladang.
Semoga saja pemerintahan Jokowi bisa memberikan solusi jangka panjang pada rakyatnya. Jangan pernah lagi 'mengklaim' rakyat menjadi malas gara-gara subsidi BBM. Sebab jika sekedar mau 'membalas' klaim anda sebagai Menteri, kami juga bisa mengklaim justru andalah yang malas tidak membuat program yang kreatif, dengan meningkatkan pendapatan negara dari peningkatan produksi BUMN non Migas yang bisa diekspor ke luar negeri, bukan malah membuat kebijakan yang menyengsarakan rakyat anda dengan 'memerasnya' melalui hak kami mendapatkan kekayaan tanah dan air kami, atau sekedar mengurangi tunjangan pegawai negeri dan menggenjot pajak.
Jangan ulangi lagi ya pak ... plzzzzzz ...
No comments:
Post a Comment