Sepekan ini ramai diberitakan penangakapan salah seorang admin Trio Macan Raden Nuh atas kasus dugaan tindak pidana pemerasan. Trio Macan menjadi fenomena yang menarik dalam jagat perpolitikan di negeri ini. Bagaimana tidak hampir semua elite, pejabat, dan pengusaha tidak lepas dari 'auman' Trio Macan di Twitter.
Semasa Pilpres, aksi mereka menjadi 'tambah ramai' mendapat sambutan masyarakat. Apalagi kebetulan yang banyak disorot adalah Jokowi yang memiliki pendukung fanatis dan memiliki perangkat kampanye sosmed yang handal juga.
Saya pernah menulis dan mengomentari aksi Trio Macan, diantaranya:
TRIO MACAN adalah PARA RONIN
https://plus.google.com/110235687001326579737/posts/5KEo41pyJvH
TRIO MACAN MAKIN GALAK
https://plus.google.com/110235687001326579737/posts/R9x2VZZkPoy
WARNA KICAUAN TRIO MACAN
https://plus.google.com/u/0/110235687001326579737/posts/MurhuDoZWwn
Dalam tulisan TRIO MACAN adalah PARA RONIN saya memaparkan bahwa "Trio Macan benar-benar tak bertuan di dunia. Tuan mereka bisa jadi adalah Tuhan mereka. Sehingga tidak heran, mereka sangat 'leluasa' mengungkap kasus-kasus dari semua pejabat, pengusaha, atau elite politik dari berbagai latar belakang. Kasus semua partai yang bersikap tidak memihak rakyat banyak seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme, tidak luput dari 'ocehan' TM2000 atau TM2000back atau ronin1946."
Jika kasus penangkapan ini adalah benar dan Trio Macan disimpulkan terbukti bersalah tidak hanya di pengadilan (karena pengadilan semakin sering tidak adil), namun juga memang adalah kenyataan mereka melakukan aktivitas mereka dengan tujuan untuk pemerasan, maka tentu saja tuhan mereka adalah uang. Dan jelas tindakan itu tidak bisa dibenarkan.
Sekarang marilah kita urai lagi konten-konten yang diangkat oleh Trio Macan sehingga menjadi begitu fenomenal. Seperti yang saya paparkan di atas, jika kita amati dengan seksama, hampir semua pejabat, pengusaha, atau elite politik sejak dulu tak luput dari 'aksi bongkar kasus' Trio Macan ini, Tentu saja hampir bisa dipastikan ada yang fakta dan ada yang bukan fakta. Pada beberapa kesempatan, Trio Macan memperbaiki kekeliruan 'dugaan' faktanya yang telah dilempar pada kicauan sebelumnya untuk diupdate pada kicauan berikutnya.
Namun ada satu hal yang layak kita cermati. Ketika seorang pejabat, pengusaha, atau elite menjadi gerahdengan aksi mereka, ada 2 kemungkinan yang terjadi.Pertama, mereka memang keliru dan apa yang disampaikan Trio Macan adalah benar. KemungkinanKedua, mereka benar, dan apa yang disampaikan Trio Macan adalah keliru.
Silakan rekan-rekan bisa menganalisisnya kasus per kasus yang diangkat, semisal kasus Sarif Hasan, Kasus Setya Novanto, Kasus Hatta Rajasa, Kasus KPU, Kasus KPK, Kasus Jokowi, atau yang terakhir Kasus Arief Yahya. Mana kasus yang cenderung memenuhi kemungkinan pertama, dan mana kasus yang cenderung memenuhi kemungkinan kedua.
Ada satu hal yang menarik ketika saat ini Raden Nuh ditangkap karena tuduhan pemerasan. Mari kita bangun logika fikir kita...
Seseorang yang mengatakan bahwa dirinya telah diperas maka kecenderungannya adalah dia sedang melakukan upaya pembenaran bahwa dirinya melakukan kesalahan. Atau dengan bahasa sederhana, seseorang tidak akan diperas jika tidak melakukan kesalahan atau karena ketakutan.
Pemerasan hanya efektif terjadi pada orang-orang yang tidak mau bertanggung jawab atas resiko yang ditimbulkan karena kekeliruannya. Pemerasan adalah upaya menutupi kekeliruan dengan cara yang keliru. Tentunya kekeliruan ini ada pada dua sisi, yang diperas dan yang memeras. Menutupi kekeliruan dengan mengikuti keinginan sang pemeras adalah tindakan yang tidak akan menyelesaikan masalah, namun membuat masalah baru.
Jika logika ini dibenarkan, maka seharusnya Sang Menteri Arief Yahya pun turut diduga melakukan tindakan kejahatan yang diungkap oleh Trio Macan.
Maka, jika benar Trio Macan selama ini menjadikan harta sebagai tuhan mereka dengan melakukan pemerasan, saya amat sangat berharap banyak pejabat yang melaporkan aksi pemerasan Trio Macan ini.
Pertanyaan krusialnya adalah: "Apakah para pejabat yang diduga melakukan kejahatan sosial ini akan diberlakukan seadil-adilnya oleh Lembaga Yudikatif yanga da di negara tercinta Indonesia?"
Wallahu a'lam...
Semasa Pilpres, aksi mereka menjadi 'tambah ramai' mendapat sambutan masyarakat. Apalagi kebetulan yang banyak disorot adalah Jokowi yang memiliki pendukung fanatis dan memiliki perangkat kampanye sosmed yang handal juga.
Saya pernah menulis dan mengomentari aksi Trio Macan, diantaranya:
TRIO MACAN adalah PARA RONIN
https://plus.google.com/110235687001326579737/posts/5KEo41pyJvH
TRIO MACAN MAKIN GALAK
https://plus.google.com/110235687001326579737/posts/R9x2VZZkPoy
WARNA KICAUAN TRIO MACAN
https://plus.google.com/u/0/110235687001326579737/posts/MurhuDoZWwn
Dalam tulisan TRIO MACAN adalah PARA RONIN saya memaparkan bahwa "Trio Macan benar-benar tak bertuan di dunia. Tuan mereka bisa jadi adalah Tuhan mereka. Sehingga tidak heran, mereka sangat 'leluasa' mengungkap kasus-kasus dari semua pejabat, pengusaha, atau elite politik dari berbagai latar belakang. Kasus semua partai yang bersikap tidak memihak rakyat banyak seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme, tidak luput dari 'ocehan' TM2000 atau TM2000back atau ronin1946."
Jika kasus penangkapan ini adalah benar dan Trio Macan disimpulkan terbukti bersalah tidak hanya di pengadilan (karena pengadilan semakin sering tidak adil), namun juga memang adalah kenyataan mereka melakukan aktivitas mereka dengan tujuan untuk pemerasan, maka tentu saja tuhan mereka adalah uang. Dan jelas tindakan itu tidak bisa dibenarkan.
Sekarang marilah kita urai lagi konten-konten yang diangkat oleh Trio Macan sehingga menjadi begitu fenomenal. Seperti yang saya paparkan di atas, jika kita amati dengan seksama, hampir semua pejabat, pengusaha, atau elite politik sejak dulu tak luput dari 'aksi bongkar kasus' Trio Macan ini, Tentu saja hampir bisa dipastikan ada yang fakta dan ada yang bukan fakta. Pada beberapa kesempatan, Trio Macan memperbaiki kekeliruan 'dugaan' faktanya yang telah dilempar pada kicauan sebelumnya untuk diupdate pada kicauan berikutnya.
Namun ada satu hal yang layak kita cermati. Ketika seorang pejabat, pengusaha, atau elite menjadi gerahdengan aksi mereka, ada 2 kemungkinan yang terjadi.Pertama, mereka memang keliru dan apa yang disampaikan Trio Macan adalah benar. KemungkinanKedua, mereka benar, dan apa yang disampaikan Trio Macan adalah keliru.
Silakan rekan-rekan bisa menganalisisnya kasus per kasus yang diangkat, semisal kasus Sarif Hasan, Kasus Setya Novanto, Kasus Hatta Rajasa, Kasus KPU, Kasus KPK, Kasus Jokowi, atau yang terakhir Kasus Arief Yahya. Mana kasus yang cenderung memenuhi kemungkinan pertama, dan mana kasus yang cenderung memenuhi kemungkinan kedua.
Ada satu hal yang menarik ketika saat ini Raden Nuh ditangkap karena tuduhan pemerasan. Mari kita bangun logika fikir kita...
Seseorang yang mengatakan bahwa dirinya telah diperas maka kecenderungannya adalah dia sedang melakukan upaya pembenaran bahwa dirinya melakukan kesalahan. Atau dengan bahasa sederhana, seseorang tidak akan diperas jika tidak melakukan kesalahan atau karena ketakutan.
Pemerasan hanya efektif terjadi pada orang-orang yang tidak mau bertanggung jawab atas resiko yang ditimbulkan karena kekeliruannya. Pemerasan adalah upaya menutupi kekeliruan dengan cara yang keliru. Tentunya kekeliruan ini ada pada dua sisi, yang diperas dan yang memeras. Menutupi kekeliruan dengan mengikuti keinginan sang pemeras adalah tindakan yang tidak akan menyelesaikan masalah, namun membuat masalah baru.
Jika logika ini dibenarkan, maka seharusnya Sang Menteri Arief Yahya pun turut diduga melakukan tindakan kejahatan yang diungkap oleh Trio Macan.
Maka, jika benar Trio Macan selama ini menjadikan harta sebagai tuhan mereka dengan melakukan pemerasan, saya amat sangat berharap banyak pejabat yang melaporkan aksi pemerasan Trio Macan ini.
Pertanyaan krusialnya adalah: "Apakah para pejabat yang diduga melakukan kejahatan sosial ini akan diberlakukan seadil-adilnya oleh Lembaga Yudikatif yanga da di negara tercinta Indonesia?"
Wallahu a'lam...
No comments:
Post a Comment