Menurut KBII definisi resesi adalah sebagai berikut:
resesi/re·se·si/ /résési/ n kelesuan dl kegiatan dagang, industri, dsb (seolah-olah terhenti); menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri): -- telah menimbulkan pengangguran di negara-negara industri; -- ekonomi, kelesuan ekonomi
Sementara itu, dalam ekonomi makro, resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau, kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi. Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi. Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat depresi parah, atau akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi (economy collapse). Kolumnis Sidney J. Harris membedakan istilah-istilah atas dengan cara ini: "sebuah resesi adalah ketika tetanggamu kehilangan pekerjaan; depresi adalah ketika kamu yang kehilangan pekerjaan"
Menurut sudut pandang rumah tangga produksi-konsumsi, maka secara sederhana, resesi terjadi ketika kegiatan produksi dan konsumsi dalam suatu ekonomi mengalami penurunan. Orang-orang (konsumen) mengurangi konsumsinya. Akibatnya produsen pun terpaksa mengurangi produksinya. Pengurangan produksi ini biasanya akan menimbulkan rasionaliasi pekerja (alias PHK). Ini sebabnya mengapa biasanya resesi itu selalu terkait dengan tingkat pengangguran yang relatif tinggi.
Asumsi atau target Ekonomi Makro dalam APBNP 2015 adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Ekonomi 5,7%
2. Inflasi 5,0%
3. Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,2%
4. Nilai Tukar Rp 12.500/USD
5. Harga Minyak Mentah Indonesia 60 USD/Barrel
6. Lifting Minyak Indonesia 825 Ribu Barel/hari
7. Lifting Gas Indonesia 1.221 Ribu Barel setara minyak/hari
Sementara itu Indikator Kesejahteraan dan Target Pembangunan adalah:
1. Tingkat Kemiskinan 10,3%
2. Gini Ratio (indeks) 0,40
3. Tingkat Pengangguran 5,6%
4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 69,4%
Sekarang mari kita lihat update data beberapa indikator tersebut yang bisa kita pantau selama pemerintahan Jokowi:
PERTUMBUHAN EKONOMI (Target 5,7%)
Triwulan I-2015 4,71% -> tidak tercapai 0,99%
Ekonomi Indonesia triwulan I-2015 terhadap triwulan I-2014 tumbuh 4,71 persen (y-on-y) MELAMBAT dibanding periode yang sama pada tahun 2014 sebesar 5,14 persen.
Ekonomi Indonesia triwulan I-2015 terhadap triwulan sebelumnya TURUN sebesar 0,18 persen (q-to-q).
Sumber: Data Pertumbuhan Ekonomi
INFLASI (5,0%)
Jan-15 6,96% -> tidak tercapai 1,96%
Feb-15 6,29% -> tidak tercapai 1,29%
Mar-15 6,38% -> tidak tercapai1,38%
Apr-15 6,79% -> tidak tercapai 1,79%
Sumber: Data Inflasi
NILAI TUKAR (Target Rp 12.500/USD)
30-Jan-15 Rp 12.688 -> tidak tercapai Rp 188
27-Feb-15 Rp 12.927 -> tidak tercapai Rp 427
31-Mar-15 Rp 13.149 -> tidak tercapai Rp 649
30-Apr-15 Rp 13.002 -> tidak tercapai Rp 502
Sumber: Data Nilai Tukar Rupiah
TINGKAT PENGANGGURAN (Target 5,6%)
Februari 2015 5,8% -> tidak tercapai 0,20% (minus 0,20%)
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2015 sebesar 5,81 persen MENURUN dibanding TPT Agustus 2014 (5,94 persen), dan MENINGKAT dibandingkan TPT Februari 2014 (5,70 persen).
Sumber: Data Tingkat Pengangguran
Data-data tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah Jokowi belum mencapai target Asumsi Ekonomi Makro dan Indikator Kesejahteraan dan Target Pembangunan untuk parameter Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat Pengangguran. Untuk parameter lain, saya belum mendapatkan data update (silakan rekan-rekan membantu menemukan datanya). Namun berita-berita berikut cukup membuat _'sport jantung' masyarakat tentunya:
Potensi krisis ekonomi terulang:
http://finansial.bisnis.com/read/20150527/11/437467/awas-tanda-krisis-moneter-1998-terulang-kembali-kian-nyata
Rupiah anjlok kian dalam, lebih lemah dibandingkan masa kritis saat dihantam krisis global:
http://finance.detik.com/read/2014/12/16/185646/2779456/6/ahok-kalau-rupiah-terpuruk-artinya-kamu-gagal-berkompetisi
Ekonomi tumbuh lesu:
http://www.tribunnews.com/bisnis/2015/05/08/pertumbuhan-ekonomi-menurun-pemerintah-jangan-salahkan-as
Pengangguran meningkat:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/05/21/095412926/Ekonomi.Lesu.Ratusan.Ribu.Pekerja.Kena.PHK
Developer terjepit:
http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/05/23/090668720/ekonomi-melambat-kuartal-i-bisnis-properti-lesu
Laba bank tergerus:
http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/05/23/090668720/ekonomi-melambat-kuartal-i-bisnis-properti-lesu
Daya beli turun, artinya rakyat kian miskin:
http://www.rri.co.id/post/berita/120369/ekonomi/daya_beli_menurun_penjual_lesu_berdagang.html
Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa resesi terjadi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Pemerintah Jokowi harus punya solusi dan langkah strategis untuk segera mencapai target pembangunan.
Semoga saja belum tercapainya beberapa indikator ekonomi makro, kesejahteraan dan target pembangunan selama kuartal ke-1 ini tidak berlanjut ke kuartal-kuartal berikutnya yang menyebabkan negara ini terpuruk dalam jurang resesi, depresi atau bahkan economy collapse. Aamiin ...
Ayo semangat Pak Jokowi. Kerja ... Kerja ...
No comments:
Post a Comment