Saat masih SD dan mengaji di surau desa, guru ngaji saya pernah mengajarkan bahwa salah satu rukun iman adalah mengimani adanya malaikat. Dijelaskan bahwa masing-masing malaikat memiliki tugas spesifik. Ribuan malaikat diciptakan Allah SWT untuk mengurus kehidupan di alam semesta, termasuk mencatat amal baik dan buruk kita yang ditugaskan kepada Malaikat RAKIB dan ATID.
Dengan kapasitas berfikir saya saat itu, tidak banyak pertanyaan yang saya ajukan pada guru ngaji saya tentang bagaimana cara malaikat RAKIB ATID yang hanya berdua bisa mencatat milyaran manusia yang ada di bumi. Saat itu saya hanya berfikir bahwa RAKIB dan ATID dibantu oleh ribuan malaikat lain untuk mencatat amal manusia. Sekilas yang ada dalam benak saya adalah bahwa mereka begitu cepat bergerak untuk mencatat seluruh amal manusia dan 'visualisasi' konvensional saya adalah karena mereka memiliki sayap atau menaiki kendaraan semacam buraq.
Ketika saya mendapatkan kesempatan kuliah di Jurusan Teknik Nuklir UGM, banyak hal yang merubah cara berfikir saya dalam menguatkan keimanan dalam Islam dan salah satunya adalah menerjemahkan metode RAKIB ATID dalam melaksanakan tugasnya.
Selama kuliah, banyak kajian kontemporer yang saya ikuti dalam memahami ajaran Islam. Menerjemahkan nilai-nilai keimanan dengan memaksimalkan potensi akal yang kita miliki. Pendalaman tentang penjelasan ayat-ayat kauliyah melalui ayat-ayat kauniyah menjadi 'menu' sangat spesial ketika masa kuliah dulu. Belajar agama menjadi tidak terbingkai lagi dengan pendekatan konvensional karena diperkaya dengan pendekatan kontekstual.
Hingga pada suatu saat, saya bertemu dalam kajian RAKIB ATID tadi.
Beberapa ulama kontemporer khususnya yang berlatar belakang ilmu eksakta seperti fisika dan matematika pernah mengkaji bahwa cara yang dilakukan RAKIB ATID dalam mencatat amal manusia di bumi ini sebenarnya bisa didekati dengan logika sederhana. Mereka memberikan ilustrasi sebagai berikut.
Malaikat adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan dari nur atau cahaya. Jika kita menggunakan definisi cahaya yang manusia sepakati, kecepatan cahaya tampak adalah sebesar 300.000 km per detik. Atau dengan kata lain dalam satu detik, cahaya bisa bergerak menempuh jarak sepanjang 300.000 km.
Walau malaikat adalah makhluk gaib yang tidak bisa kita terjemahkan dengan keterbatasan kedzahiran kita, namun 'anggaplah' wujud malaikat adalah seperti cahaya tampak yang kita definisikan tadi. Jika demikian, maka dalam satu detik malaikat dapat bergerak menempuh jarak 300.000 km.
Sekarang mari mengingat kembali wujud bumi yang kita tinggali. Bumi berbentuk datar elips dan memiliki diameter terpanjang sebesar 12.756,274 km. Selebihnya, sebelah luar antartika dianggap infinite, tak terjangkau luasnya. Maka dengan rumus keliling lingkaran yang pernah kita dapatkan ketika SMP, keliling lingkaran bumi adalah = (phi) x (diameter) = 3,1415 x 12.756,274 km = 40.073,83 km. Atau kurang lebih 40.000 km.
Jika RAKIB ATID berduaan bergerak mengelilingi bumi, maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai satu putaran adalah sebesar 40.000 km/300.000 km per detik = 0,133 detik atau sekitar 1/10 detik.
Artinya, dalam satu detik, malaikat dapat mengitari bumi sebanyak 10 kali. Itu pun nur malaikat 'hanya' kita asumsikan dengan pendekatan kecepatan cahaya di dunia. Padahal kecepatan nur mereka sangat mungkin bernilai puluhan atau bahkan milyaran kali lipat dari kecepatan cahaya 300.000 km/detik yang selama ini digunakan oleh manusia dalam melakukan perhitungan fisika.
Bisa kita bayangkan, sebelum kita selesai mengedipkan mata, malaikat RAKIB ATID sudah mengelilingi bumi selama 10 putaran dan berada kembali di samping kita.
Dengan kata lain, kedua malaikat SELALU BERSAMA KITA setiap saat, termasuk ketika saya mengetik tulisan ini, mempostingnya, membaca komentar rekan-rekan, dan seterusnya selamanya.
Maka jika kedua malaikat tersebut begitu besarnya dan kecepatannya melebihi kecepatan cahaya, apakah kita masih berfikir bahwa aktivitas kita setiap saat akan luput dari pantauan RAKIB ATID?
Maka, jangan pernah berfikir sedikit pun bahwa hati, pikiran, ucapan, dan tindakan kita tak pernah terlihat oleh Allah SWT melalui para malaikat-Nya.
Sungguh, hindarilah merasa melakukan keburukan tanpa beban hanya karena manusia lain tidak melihat kita. Apalagi merasa puas dengan mencederai teman atau orang lain hanya karena mereka yang kita aniaya tak pernah melihat kita.
Yuk berhenti dari berperang dengan hati nurani sendiri. Berdamai lah dengan hati dengan cara mengakui kekeliruan kita dengan maksud setidaknya untuk keperluan menjaga kesucian hati dan memohon ampun pada Tuhan kita, ALLAH SWT.
wallahu a'lam
Dengan kapasitas berfikir saya saat itu, tidak banyak pertanyaan yang saya ajukan pada guru ngaji saya tentang bagaimana cara malaikat RAKIB ATID yang hanya berdua bisa mencatat milyaran manusia yang ada di bumi. Saat itu saya hanya berfikir bahwa RAKIB dan ATID dibantu oleh ribuan malaikat lain untuk mencatat amal manusia. Sekilas yang ada dalam benak saya adalah bahwa mereka begitu cepat bergerak untuk mencatat seluruh amal manusia dan 'visualisasi' konvensional saya adalah karena mereka memiliki sayap atau menaiki kendaraan semacam buraq.
Ketika saya mendapatkan kesempatan kuliah di Jurusan Teknik Nuklir UGM, banyak hal yang merubah cara berfikir saya dalam menguatkan keimanan dalam Islam dan salah satunya adalah menerjemahkan metode RAKIB ATID dalam melaksanakan tugasnya.
Selama kuliah, banyak kajian kontemporer yang saya ikuti dalam memahami ajaran Islam. Menerjemahkan nilai-nilai keimanan dengan memaksimalkan potensi akal yang kita miliki. Pendalaman tentang penjelasan ayat-ayat kauliyah melalui ayat-ayat kauniyah menjadi 'menu' sangat spesial ketika masa kuliah dulu. Belajar agama menjadi tidak terbingkai lagi dengan pendekatan konvensional karena diperkaya dengan pendekatan kontekstual.
Hingga pada suatu saat, saya bertemu dalam kajian RAKIB ATID tadi.
Beberapa ulama kontemporer khususnya yang berlatar belakang ilmu eksakta seperti fisika dan matematika pernah mengkaji bahwa cara yang dilakukan RAKIB ATID dalam mencatat amal manusia di bumi ini sebenarnya bisa didekati dengan logika sederhana. Mereka memberikan ilustrasi sebagai berikut.
Malaikat adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan dari nur atau cahaya. Jika kita menggunakan definisi cahaya yang manusia sepakati, kecepatan cahaya tampak adalah sebesar 300.000 km per detik. Atau dengan kata lain dalam satu detik, cahaya bisa bergerak menempuh jarak sepanjang 300.000 km.
Walau malaikat adalah makhluk gaib yang tidak bisa kita terjemahkan dengan keterbatasan kedzahiran kita, namun 'anggaplah' wujud malaikat adalah seperti cahaya tampak yang kita definisikan tadi. Jika demikian, maka dalam satu detik malaikat dapat bergerak menempuh jarak 300.000 km.
Sekarang mari mengingat kembali wujud bumi yang kita tinggali. Bumi berbentuk datar elips dan memiliki diameter terpanjang sebesar 12.756,274 km. Selebihnya, sebelah luar antartika dianggap infinite, tak terjangkau luasnya. Maka dengan rumus keliling lingkaran yang pernah kita dapatkan ketika SMP, keliling lingkaran bumi adalah = (phi) x (diameter) = 3,1415 x 12.756,274 km = 40.073,83 km. Atau kurang lebih 40.000 km.
Jika RAKIB ATID berduaan bergerak mengelilingi bumi, maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai satu putaran adalah sebesar 40.000 km/300.000 km per detik = 0,133 detik atau sekitar 1/10 detik.
Artinya, dalam satu detik, malaikat dapat mengitari bumi sebanyak 10 kali. Itu pun nur malaikat 'hanya' kita asumsikan dengan pendekatan kecepatan cahaya di dunia. Padahal kecepatan nur mereka sangat mungkin bernilai puluhan atau bahkan milyaran kali lipat dari kecepatan cahaya 300.000 km/detik yang selama ini digunakan oleh manusia dalam melakukan perhitungan fisika.
Bisa kita bayangkan, sebelum kita selesai mengedipkan mata, malaikat RAKIB ATID sudah mengelilingi bumi selama 10 putaran dan berada kembali di samping kita.
Dengan kata lain, kedua malaikat SELALU BERSAMA KITA setiap saat, termasuk ketika saya mengetik tulisan ini, mempostingnya, membaca komentar rekan-rekan, dan seterusnya selamanya.
Maka jika kedua malaikat tersebut begitu besarnya dan kecepatannya melebihi kecepatan cahaya, apakah kita masih berfikir bahwa aktivitas kita setiap saat akan luput dari pantauan RAKIB ATID?
Maka, jangan pernah berfikir sedikit pun bahwa hati, pikiran, ucapan, dan tindakan kita tak pernah terlihat oleh Allah SWT melalui para malaikat-Nya.
Sungguh, hindarilah merasa melakukan keburukan tanpa beban hanya karena manusia lain tidak melihat kita. Apalagi merasa puas dengan mencederai teman atau orang lain hanya karena mereka yang kita aniaya tak pernah melihat kita.
Yuk berhenti dari berperang dengan hati nurani sendiri. Berdamai lah dengan hati dengan cara mengakui kekeliruan kita dengan maksud setidaknya untuk keperluan menjaga kesucian hati dan memohon ampun pada Tuhan kita, ALLAH SWT.
“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,
(yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir."
(QS. Qaf [50]: 16-18)wallahu a'lam
No comments:
Post a Comment