10 MITOS
Kalau kita flashback ke belakang, sepanjang ngaji Quran dari dulu sampai sekarang walau seayat dua ayat, sering kita bertemu dengan keterangan-keterangan yang mencengangkan di sana. Apa-apa yang dulu kita percayai dibuat nggak berlaku lagi. Menjadi mitos-mitos. Barangkali begitu cara Quran menuntun para pembacanya. Kadang lembut setahap demi setahap, tapi kadang mendobrak sampai dalam.
Berikut 10 hal-hal yang buat saya telah menjadi mitos, walau bahkan sampai detik ini pun tak sepenuhnya bisa lepas dari mitos-mitos itu.
* * * *
(Myth no 1) Kita bisa memahami makna Al-Quran, dengan membaca terjemahannya.
Nggak semua. Bahkan mungkin, nggak 20%-nya atau malah nol koma sekian persennya. Ketika membaca terjemahannya, kita suka bingung dengan “gaya” penyampaian Al-Quran yang sekilas terkesan melompat-lompat, nggak nyambung antara kalimat yang satu dengan yang lain, terkesan misterius, dan kadang gimana ya… seperti “berahasia-rahasiaan” gitu.
Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (QS [56]:77-79)
Hanya “orang-orang yang disucikan”. Bukan yang menyucikan diri, bukan yang membaca terjemahannya, bukan yang sekolah tafsir sampai S4. Melainkan… mereka yang disucikan. Teman-teman yang baik, apanya yang disucikan? Dan oleh siapa? Seperti apa “yang disucikan” itu?
Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi Al-’ilm. (QS [29]:49)
Jangan salah sangka, I’m not saying “hey don’t read the Quran, karena nggak akan paham.” It simply means: bahwa bukan kita sendiri yang membuat kita paham Quran. Ada faktor X, yang beyond our control. Belajar dan memahami mati-matian tanpa keterlibatan Dia Yang Maha Berkehendak, useless.
(Myth no 2) Kalau amal lebih banyak dari dosa, nggak akan tersentuh neraka.
Faktanya, sori, agak “mengerikan” nih, bahwa: bila masih ada dosa, akan tersentuh neraka.
Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. (QS [20]:74)
Duh, saya sebenarnya nggak kepingin nakut-nakutin. Tapi kan khawatir sendirian benar-benar nggak enak… ;-) Semoga kita diberi ampunan, diterima taubatnya, menjadi yang beriman dan bisa beramal yang baik, yang klop.
Dan orang-orang yang beriman dan beramal salih, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka. (QS [29]:7)
(Myth no 3) Hidup bersih dan sehat, bikin panjang umur.
Well, unfortunately… ajal telah ditetapkan. Tahun, bulan, hari, jam, menit dan detiknya, sudah pasti.
Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). (QS [35]:11)
Tidak (dapat) sesuatu umatpun mendahului ajalnya, dan tidak (dapat pula) mereka memperlambat (ajalnya itu). (QS [23]:43)
You can run, but you can’t hide. ;-)
Please jangan salah sangka, bukannya mau bilang “percuma hidup bersih dan sehat.” Setuju bahwa kita diperintahkan hidup bersih dan sehat, but it has nothing to do with the time of death. Hidup bersih dan sehat is your job, karena badan ini punya haknya yang harus kita penuhi. But death is His business, don’t you think?
(Myth no 4) Kita bukan penyembah berhala. Kita bukan orang kafir.
Benarkah?
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya? (QS [45]:23)
Dan coba perhatikan hubungan yang sangat erat antara mencintai dunia dengan kekafiran, seberapakah jarak kita dengan kekafiran? Tipis sekali.
Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. (QS [16]:107)
Jadi, teman-teman yang baik, benarkah? Kita bukan penyembah berhala, kita bukan orang kafir?
(Myth no 5) Beriman adalah sebuah pilihan.
No. Not your choice. His choice.
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah. (QS [10]:100)
So, buat yang beriman, you are very lucky.
(Myth no 6) Tidak beriman juga sebuah pilihan.
Sebaliknya, itu pun sebuah ketetapan.
Saya yakin, banyak yang nggak akan suka dengan ide bahwa orang ditetapkan tidak beriman, karena itu artinya kemudian orang ditetapkan masuk neraka.
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman. (QS [10]:96)
Penjelasannya mungkin panjang, tapi praktisnya begini: kalau kita ingat Dia, bahkan sekelebat saja, kalau kita ingat bahwa kita akan kembali kepada-Nya (and act accordingly!), itu adalah sebuah “panggilan” dari-Nya, sebuah harapan akan kehendak-Nya, ketetapan-Nya.
(Myth no 7) Harta dan anak-anak adalah kenikmatan dan kesenangan dari Tuhan.
Hohoho… Bahkan sebaliknya,
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS [8]:28)
(Myth no 8) Agama tidak pernah mengajarkan nasionalisme.
Istilah “nasionalisme”-nya sih mungkin nggak. Tapi rasanya bukan sebuah kebetulan bila kita ditempatkan, dilahirkan di sini, di tanah ini. Ya nggak sih? Tuhan bukanlah seperti tukang kebun yang secara serampangan menebarkan biji-bijian ke tanah di luar sana. Jiwa-jiwa dipilih dan segala hal dipertimbangkan, untuk sebuah tujuan:
Dia telah menciptakan kamu dari tanah ini dan menjadikan kamu pemakmurnya. (QS [11]:61)
Lalu, teman-teman yang baik, adakah ber-Islam dengan jalan ber-arab-arab ria? Bukankah ber-Islam kemudian adalah, justru, berbakti dan berjuang untuk negeri, tanah air ini? Menjadi manusia Indonesia, seutuhnya?
(Myth no 9) Kita tidak bisa bercakap-cakap dengan Tuhan.
Anehnya, justru kita diinformasikan oleh Quran bahwa kita pernah memiliki kemampuan itu.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul, kami menjadi saksi”. (QS [7]:172)
Gimana ceritanya kita tak lagi punya kemampuan itu? Bagaimana kita lupa akan kejadian yang luar biasa ini?
(Myth no 10) Orang yang sudah mati tak mungkin hadir di dunia
Orang-orang tertentu, ketika mereka sudah meninggal sekalipun, dapat berjalan-jalan di tengah-tengah kita.
Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia… (QS [6]:122)
Cahaya yang terang… does it make you wonder? Cahaya apa?
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk Al-Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya… (QS [39]:22)
Hati. Cahaya. Misterius kan?
* * * *
Nggak usah dipercaya ocehan saya. Tapi bila ini semua menggelitik pikiran teman-teman semua (seperti yang juga saya alami), cukuplah itu. Hanya Allah Yang Maha Tahu. Have another 10 myths of yours? Please kindly share. Salaam.
Thanks Mas Watung, Sang Guru Virtual
No comments:
Post a Comment