Sang imam berkata :
Hati-hati, Nak dengan sepatu kayumu itu Jangan sampai kau tergelincir.
Bocah ini pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas perhatian Abu Hanifah.
"Bolehkah saya tahu namamu, Tuan?" tanya si bocah. "Nu'man namaku", Jawab sang imam.
"Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar al-imam al-a'dhom (Imam Agung) itu?" Tanya si bocah.
Bukan aku yang memberi gelar itu. Masyarakatlah yang berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku", sang Imam menjawab lagi.
"Wahai Imam, hati - hati dengan gelarmu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka karena gelar!"
"Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskanmu kedalam api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya."
Ulama besar yang diikuti banyak umat Islam itupun tersungkur menangis. Imam Abu Hanifah (Hanafi) bersyukur. Siapa sangka, peringatan datang dari lidah seorang bocah.
Betapa banyak manusia tertipu karena jabatan, tertipu karena kedudukan, tertipu karena kemaqoman. Jangan sampai kita jadi tergelincir jadi angkuh. Karena Gelar dan Kebesaran.
Sepasang tangan yang menarikmu kala terjatuh lebih harus kau percayai daripada seribu tangan yang menyambutmu kala tiba di puncak kesuksesan.Hubungilah sahabat mu, sahabat yang baik adalah lentera di kegelapan. Kadang cahayanya baru terasa ketika dunia gelap.
Oleh: Hasan al Bashri
No comments:
Post a Comment