Saat kita masih kecil masih bayi, jiwa kita masih bersih sehingga kita belum memerlukan orang lain untuk membersihkan dan menyucikannya. Namun fisik kita bisa kotor, oleh karenanya kita membutuhkan pertolongan orang lain seperti ayah dan ibu kita untuk membersihkan kotoran dalam tubuh kita. Orang tua kita rutin memandikan untuk membersihkan daki yang ada di badan, atau mencebokkan untuk membersihkan kotoran yang kita keluarkan.
Ketika sudah beranjak besar dan menjadi dewasa, kita tak perlu lagi membersihkan kotoran fisik tersebut karena kita bisa membersihkannya sendiri secara mandiri, kecuali ketika dalam keadaan sakit. Namun sebaliknya amat berbeda terhadap jiwa kita. Jiwa kita sudah mulai kotor dengan kesalahan dan dosa hidup.
Tatkala jiwa kita sudah mulai kotor tersebut, secara logika, kita pun seharusnya masih tetap membutuhkan pertolongan orang lain untuk membersihkannya, baik dalam bentuk nasehat atau pun kritikan.
Maka amat sangat mengherankan jika masih banyak dari kita yang seringkali tidak mau menerima nasehat dan kritikan dari orang lain dengan cara tidak membuka kran ruang dialog.
Apakah kita melupakan masa kecil kita ketika banyak kotoran badan yang tidak bisa kita bersihkan sendiri? Entahlah ...
Selamat pagi buat semuanya. Semoga hari ini dan hari-hari selanjutnya, kita dapat lebih memaknai masa kecil masing-masing untuk dapat mengambil hikmah tentang pentingnya membersihkan jiwa dan fisik kita dari setiap kotoran yang dapat menghitamkan hidup kita. Aamiin ...
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr [114]: 1-3)
wallahu a'lam ...
No comments:
Post a Comment