Marilah sejenak kita mempelajari perilaku aktivitas media sosial (bermedsos) kita. Cobalah kita hitung berapa banyak materi postingan dan komentar kita pada masing-masing tema yang diangkat.
Ketika materi posmen (posting dan komentar) kita serius, maka orang-orang yang datang dan menyikapi cenderung serius pula. Jika posmen kita bermuatan kebaikan dan dipandang bermanfaat buat mereka, tak jarang mereka memberikan apresiasi positif, ucapan terima kasih atau bahkan pujian kepada kita.
Mungkin hanya beberapa teman saja yang tidak menyukai materi posmen positif kita karena bisa jadi materinya dianggap 'tidak mengenakan' dirinya. Persis seperti ketika kita berbagi kebaikan atau pun mencegah keburukan pada aktivitas di darat. Akan rawan distorsi jika sudah menyangkut kritikan dan kepentingan personal yang kebetulan merasa merugikannya. Padahal posmen kita mungkin saja bersifat umum dan tujuan utamanya sebagai auto kritik diri kita sendiri, bukan ditujukan pada orang tertentu.
Sebaliknya jika posmen kita bermuatan candaan, maka yang mengerumuni adalah orang-orang yang bercanda pula. Lebih buruk lagi, posmen bermuatan sindiran, cacian, dan hinaan akan mengundang orang-orang dengan sikap seperti itu pula.
Posisi kita dalam sosial media ternyata bisa dianalogikan seperti elektroda dalam sebuah sel volta. Partikel-partikel bermuatan positif akan terpolarisasi satu sama lain, begitu pula partikel-partikel yang bermuatan negatif.
Arus listrik yang dihasilkan dari sel volta disebabkan oleh elektron yang bermuatan negatif, mengalir dari elektroda negatif menuju elektroda positif. Dan akhirnya tercipta potensial sel volta. Energi listrik yang bermanfaat untuk kehidupan, seperti misalnya pada accu (aki). Seberapa besar potensial dan energi listrik yang dihasilkan tergantung pada kualitas bahan elektroda positif yang digunakan.
Begitu pula dengan aktivitas di sosial media. Seberapa banyak perilaku negatif mengalir dari komunitas buruk menuju kepada komunitas baik akan sangat tergantung pada seberapa kuat ilmu, pengetahuan, dan kebijaksanaan dari orang-orang yang baik. Jika kualitas tersebut besar dan kuat, maka sosial media akan menjadi potensial dan energi besar dalam menciptakan kebaikan kehidupan.
Marilah untuk tidak banyak menyia-nyiakan waktu kita untuk menggunakan media sosial sebagai aktivitas negatif, kecuali kita memang berkeinginan menjadi orang-orang yang membuat masalah dalam hidup. Senang melakukan hal-hal negatif.
Sosial media seperti halnya sebilah pisau, hanyalah sekedar alat atau media. Kita adalah eksekutor nya, apakah akan digunakan untuk kebaikan atau keburukan. Sebilah pisau dapat digunakan untuk memotong wortel atau melukai orang lain, semua berpulang pada diri kita masing-masing.
Dosa kita mungkin sudah terlalu banyak, jangan diperbanyak lagi dengan aktivitas media sosial yang negatif. Berubah yuk...
Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS Al Mulk [67]: 1-2)
Wallahu a'lam
Ketika materi posmen (posting dan komentar) kita serius, maka orang-orang yang datang dan menyikapi cenderung serius pula. Jika posmen kita bermuatan kebaikan dan dipandang bermanfaat buat mereka, tak jarang mereka memberikan apresiasi positif, ucapan terima kasih atau bahkan pujian kepada kita.
Mungkin hanya beberapa teman saja yang tidak menyukai materi posmen positif kita karena bisa jadi materinya dianggap 'tidak mengenakan' dirinya. Persis seperti ketika kita berbagi kebaikan atau pun mencegah keburukan pada aktivitas di darat. Akan rawan distorsi jika sudah menyangkut kritikan dan kepentingan personal yang kebetulan merasa merugikannya. Padahal posmen kita mungkin saja bersifat umum dan tujuan utamanya sebagai auto kritik diri kita sendiri, bukan ditujukan pada orang tertentu.
Sebaliknya jika posmen kita bermuatan candaan, maka yang mengerumuni adalah orang-orang yang bercanda pula. Lebih buruk lagi, posmen bermuatan sindiran, cacian, dan hinaan akan mengundang orang-orang dengan sikap seperti itu pula.
Posisi kita dalam sosial media ternyata bisa dianalogikan seperti elektroda dalam sebuah sel volta. Partikel-partikel bermuatan positif akan terpolarisasi satu sama lain, begitu pula partikel-partikel yang bermuatan negatif.
Arus listrik yang dihasilkan dari sel volta disebabkan oleh elektron yang bermuatan negatif, mengalir dari elektroda negatif menuju elektroda positif. Dan akhirnya tercipta potensial sel volta. Energi listrik yang bermanfaat untuk kehidupan, seperti misalnya pada accu (aki). Seberapa besar potensial dan energi listrik yang dihasilkan tergantung pada kualitas bahan elektroda positif yang digunakan.
Begitu pula dengan aktivitas di sosial media. Seberapa banyak perilaku negatif mengalir dari komunitas buruk menuju kepada komunitas baik akan sangat tergantung pada seberapa kuat ilmu, pengetahuan, dan kebijaksanaan dari orang-orang yang baik. Jika kualitas tersebut besar dan kuat, maka sosial media akan menjadi potensial dan energi besar dalam menciptakan kebaikan kehidupan.
Marilah untuk tidak banyak menyia-nyiakan waktu kita untuk menggunakan media sosial sebagai aktivitas negatif, kecuali kita memang berkeinginan menjadi orang-orang yang membuat masalah dalam hidup. Senang melakukan hal-hal negatif.
Sosial media seperti halnya sebilah pisau, hanyalah sekedar alat atau media. Kita adalah eksekutor nya, apakah akan digunakan untuk kebaikan atau keburukan. Sebilah pisau dapat digunakan untuk memotong wortel atau melukai orang lain, semua berpulang pada diri kita masing-masing.
Dosa kita mungkin sudah terlalu banyak, jangan diperbanyak lagi dengan aktivitas media sosial yang negatif. Berubah yuk...
Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS Al Mulk [67]: 1-2)
Wallahu a'lam
No comments:
Post a Comment