CEBONG BERTERIAK KETIKA TERTEKAN
Temuan peneliti menunjukan kalau cebong atau berudu salah satu spesies katak mengeluarkan suara teriakan ketika mereka dalam keadaan tertekan.
Mereka hanya mengeluarkan suara, yang digambarkan dengan singkat, suara seperti logam dengan serangkaian nada, ketika dalam keadaan tertekan.
Ini adalah untuk pertamakalinya larva hewan bertulang belakang yang ditemukan menggunakan suara untuk berkomunikasi di bawah air.
Temuan kalau berudu katak bisa mengeluarkan suara juga meningkatkan kemungkinan kalau larva hewan air lainnya berkomunikasi dengan cara yang sama.
Suara tertekan dikeluarkan oleh berudu katak bertanduk Ceratophrys ornata yang tinggal di Argentina, Uruguay dan Brazil, demikian laporan peneliti di jurnal Acta Zoologica.
Peneliti Dr Guillermo Natale dari Universitas Nasional La Plata di Buenos Aires, Argentina, dan rekan-rekannya mempelajari tentang panggilan perkawinan yang dikeluarkan oleh katak dewasa.
Banyak amfibi dewasa yang menggunakan suara yang keras seperti bunyi kuak untuk menandakan kehadiran mereka dan sering dipakai untuk menarik lawan jenisnya.
Tetapi sampai sekarang, para peneliti belum menyadari kalau larva amfibi juga bisa mengeluarkan suara di dalam air.
Hal ini berubah ketika Dr Natale menemukan seekor berudu katak bertanduk mengeluarkan suara ketika ditangkap dengan jaring tangan dari sebuah kolam.
"Kami mendengar sebuah suara singkat, jelas dan bersuara seperti logam,'' katanya kepada BBC.
Berudu jenis C. ornata sangat sulit ditemukan di alam liar, sehingga peneliti menangkap sepasang katak dewasa dan memulai program pembiakan amfibi muda dalam penangkaran. Hal ini membantu peneliti untuk bisa meneliti lebih jauh tentang suara yang mereka dengar di lapangan.
Tim ini menemukan kalau berudu C. ornata secara alami bersifat agresif dan karnivora, sering memakan berudu dari spesies katak lainnya.
Bagaimanapun, ''Yang mengherankan kami adalah mereka tidak memakan berudu sendiri. Hal itu mungkin karena 'teriakan' yang dikeluarkan oleh berudu'' kata Dr Natale, yang juga asisten peneliti di Dewan Peneliti Argentina (Conicet).
Peneliti menemukan ketika berudu C. ornata menerima sentuhan dari atau tekanan dari obyek lain mereka akan mengeluarkan suara singkat, seperti suara logam dengan serangkaian frekuensi nada yang tinggi.
Setiap ''teriakan'' berdurasi 0.05 perdetik.Mengeluarkan suara tertekan sepertinta membantu berudu terbebas dari kanibalisme katak bertanduk C. ornata
Teriakan dalam air
Berudu memproduksi suara dengan menekan udara keluar dari paru-parunya.
Paru-parunya berkembang sejak dini untuk spesies ini, berudu berusia tiga hari mampu memancarkan sinyal suara tertekan yang keras.
Mereka terus mengeluarkan suara tertekan di dalam air baik ketika masih berupa berudu dan setelah mereka mulai berubah menjadi katak.
Berudu juga memproduksi suara ketika mereka dikeluarkan dari air.
Bahkan, ketika mereka dikeluarkan dari air, mereka semakin sering mengeluarkan suara tertekan. Hal ini bisa terjadi karena berudu bisa lebih mudah mendapatkan udara, yang bisa membuat mereka mengeluarkan suara.
"Berudu-berudu ini berkomunikasi dengan cara yang luar biasa'' kata Dr Natale. "Mereka memiliki strukur untuk melakukan hal itu sejak berusia tiga hari.''
Dia dan rekan-rekannya kini ingin mempelajari bagaimana dan mengapa kemampuan untuk mengembangkan kemampuan itu dengan cepat, dan bagaimana suara itu diartikan oleh berudu lainnya.
"Kami ingin tahu informasi spesifik apa yang mereka komunikasikan,'' katanya.
Tidak banyak larva dari beberapa spesies binatang diketahui mampu memproduksi suara.
Yang bisa melakukan itu kebanyakan adalah larva serangga yang hidup di tanah dan membuat suara ke udara bukan di dalam air.
Sebagai contoh anak dari salah satu spesies ulat bulu Antheraea polyphemus mengeluarkan suara ''klik'' dengan rahang bawahnya untuk memperingatkan adanya bahaya predator seperti semut.
Tapi sejauh yang bisa dijelaskan oleh para peneliti kalau berudu katak bertanduk adalah larva bawah air dan binatang bertulang belakang pertama yang mengeluarkan suara.
Penemuan ini bisa memberikan implikasi lebih jauh atas pemahaman terhadap tingkah laku dan ekologi amfibi, yang banyak diantaranya terancam oleh penyakit, perusakan habitat dan perdagangan liar.
"Kita jelas telah meremehkan kemampuan mereka'', kata Dr Natale.
"Lebih dari 200 tahun penelitian amfibi hal ini belum pernah dilaporkan''.
Sumber: BBC
No comments:
Post a Comment